Minggu, 12 Juli 2015

Sejumlah Nama Ramaikan Bursa Pilkada Kota Depok

DEPOK - Lokasinya yang begitu dekat dengan Ibu Kota Jakarta, membuat Kota Depok menjadi incaran bagi orang atau politisi yang ingin menjadi orang nomor satu di sana. Meski Pemilukada baru digelar tahun depan, tetapi sederetan nama hingga baliho para balon sudah muncul.

Dari Partai Golkar, sebut saja Babay Suhaemi. Sementara, dari Partai Amanat Nasional (PAN) ada Hasbullah Rahmat. Partai Gerindra memberi sinyal menjagokan Pradi Supriatna dan Nuroji. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bisa mengajukan calon tanpa berkoalisi. Sementara, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) punya tujuh balon.

Tak hanya lewat jalur parpol, ada juga nama Ketua Front Pembela Islam (FPI) Depok Habib Idrus Algadhri, Ibrahim Kadir Tuasamu dengan bendera Kosgoro, hingga suami artis Arumi Bachsin yakni Emil Dardak disebut sebut akan maju dari jalur independen.

Menurut Ketua DPD PKS Suparyono, diprediksi akan ada empat pasang calon yang bertarung dalam Pemilukada Depok, tahun depan. "PDIP bisa sendiri, Gerindra punya tiket sendiri, PAN dengan Golkar, mungkin PKS-PPP. Belum lagi Demokrat belum tahu ke mana," katanya di Margonda, Depok, Sabtu (23/8/2014).

Suparyono menyambut baik para balon independen yang akan maju. Artinya, masyarakat disuguhkan beragam calon alternatif. "Kami tentu senang banyak calon, variatif. Indikasi kesadaran masyarakat paling tinggi. Untuk balon PKS pun saya minta semua DPC memfasilitasi. Pertama, semuanya punya hak calonkan diri. Habib FPI misalnya mau tampil saya senang, Pak Idris Wakil Wali Kota sangat wajar juga kalau mau tampil," jelasnya.

Soal anggapan bahwa PKS tak memperbolehkan pemimpin wanita sehingga langkah istri Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail yakni Nur Azizah Tamhid untuk maju bakal terganjal, Suparyono membantah.

"Pemimpin wanita tak boleh itu di tingkat presiden, kalau di tingkat kota kabupaten boleh dan memang belum ada selama ini. Kalau sampai terpilih, berarti Bu Nur Azizah yang pertama. Dibilang tes pasar pun kami di PKS tak ada istilah, setiap kader boleh memilih dan dipilih. Pak Nur Mahmudi pun bukan kader, beliau PNS, peneliti, istrinya kan swasta," jelasnya.

Memilih 7 balon PKS, kata Suparyono, berdasarkan interaksi yang tak sebentar. Dua nama kuat yakni Nur Azizah dan Idris Abdul Shomad pun memiliki dua gaya yang berbeda. Jika diukur dari blusukan yang dilakukan,  keduanya punya modal yang sama.


"Ibu Nur Azizah punya basis kuat PKK perempuan selama 10 tahun. Kalau Pak Idris ke pemilih pria. Karena itu kami akan lakukan survei internal untuk mengukur popularitas. Namun bisa jadi situasi politik berubah, maka ketujuh nama ini enggak ada yang dipakai seperti saat Bang Sani di Pemilukada Jakarta, akhirnya HNW, kita lihat nanti."

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © . info depok terbaru - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger